Senin, 09 Juli 2007

alif kecil...


Ini kisahku di awal Mei 2007.

Kulirik lagi jam yang melingkar di pergelangan. Pfff setengah sepuluh malem! Angkot yang aku tumpangi masih berjalan normal. Bulu kudukku sempet berdiri. " Jam malam akhawat!!!" Selalu terngiang-ngiang di telingaku. Aku mencoba mengusir rasa takut. Kurapatkan jaket. Kuhela nafas, kemudian mencoba memasukkannya kembali dalam kantong udara dalam tubuhku. Ternyata beginilah rasanya menjemput rizkinya. Aku 'nekat' menerima ajakan mba fitroh, temen baru dari pwt, tuk jagain stan buku di tegal book fair. Ninggalin kuliah seminggu. Pengen merasakan capenya menyambung kehidupan.

Ciit... angkot berhenti . Membuyarkan lamunanku. Adek kecil masuk ke dalam angkot dengan gesitnya. Aku yang duduk dekat pintu sampai merasakan angin yang ikut terbawa olehnya. Dia duduk di depanku. Kuperhatikan dia. Salah satu tangannya menggenggam alat musik konvensional bikinannya, itu pikirku. Icik-icik, orang tegal menyebutnya. Badannya kurus, agak dekil. Berdesir hati ini.

" De, dari mana malem-malem? Sendirian?", Aku mencoba menyapanya.
Ngamen", jawabnya singkat. Hati ini kembali berdesir, benar dugaanku.
" Ngamen dimana? ", Aku melanjutkan. " Purwokerto"
"Hah!!" Pekikku.
" Ikut bis", seperti tahu kegundahanku, dia melanjutkan.

Terdiam. Aku perhatikan sekitar, hanya ada 3 penumpang. Kami berdua dan satu wanita pulang kerja di mall.
"De, mba tuker receh ya.", Aku jadi ingat, tidak ada receh dalam kantongku untuk bayar angkot Dia merogoh kantongnya, mengeluarkan plastik yang ternyata isinya uang. Lumayan banyak.
" Ga sekolah ya de? "
" Sekolah"
" Ngamennya jam berapa? "
" Jam satu, pulang sekolah "
" Sehari dapet brapa? ", Rasa penasaranku seolah menginterogasinya.
" Ga mesti. Kadang 25 ribu, kadang sampe 30 ribu. Ini tadi 27 ribu"
" Subhanallah ", aku mendesis perlahan. Adik sekecil ini bergelut dengan keramaian kota, dengan kebisingan siang dan kumalnya bis-bis kelas ekonomi tiap hari. Aku membayangkan diri ini yang suka pusing kalo berpanas-panas, apalagi kalo sudah masuk terminal. Pusing....

" Ini mba ", Suaranya membuyarkan pengembaraanku. Menyodorkan berlembar-lembar ribuan." Ambillah ", Aku hanya mengambil 2 lembar untuk membayar angkot.
" Makasih mba ", Dia tersenyum, tampak begitu manis bagiku.
" Trus itu uangnya buat apa? buat jajan ya?
" ibu ", Kembali aku bertasbih padaNya. Tetesan hangat mengalir di pipiku
" Bapak ga kerja ? ", Aku bertanya sangat hati-hati.
" Bapak minggat ", Aku tersentak. Kembali pipi ini terasa hangat.
" Kiri pak!" Wis, ya mba", Dia melompat keluar. Begitu gesit. Memberikan beberapa uang receh pada sopir. " Makasih mba...", teriaknya.

" Allah... Allah... Allah..." Tak henti lisan ini menyebut namaNya. Mataku kembali memanas. Sungguh hatiku haru biru. Terima kasih Allah. Hari ini, di penghujung hari Engkau kembali menjewerku. Menjewer hati ini agar selalu mengingat keagunganMu. Dia si alif kecil, begitu tangguh menghadapi kehidupan. Sulitnya hidup slalu jadi teman kesehariannya. Bahkan keluarganya menjadi tanggungannya. Sedang aku? Sudah lebih dari 20 tahun menghirup udara dunia, masih belum ada apa-apanya. Mandiri? belum! Birrul walidain pun sering aku lalaikan.Aku memberikan kode pada pak sopir untuk menghentikan angkot. Kuberikan 2 lembar ribuan dan melangkah menuju pintu dengan iringan doa : " Allah kuatkan alif kecil itu... Beri petunjuk dia, amin..."

Ketika malam datang mencekam
Kulihat si alif kecil yg malang
Duduk tengadah ke langit yg kelam…
Meratapi nasib diri..
Kilat menyambar, hujanpun turun
Semakin basah, hatinya yang resah
Kapankah semua ini akan berakhir
Dijalanan penuh duri……………
(Nasyid “ Alif Kecil” by Snada”)

Tidak ada komentar: